10/08/11

Aiolos dan Odysseus

Dalam kisah saya sebelumnya diceritakan Aiolos tinggal di sebuah istana di pulau yang dahulu disebut Pulau Aitolia, atau sekarang lebih dikenal dengan nama Pulau Stromboli. Pulau ini adalah pulau vulkanis di lepas pantai Italia dan hanya sedikit orang yang pernah bertandang ke istana sang dewa angin.
Salah satu pahlawan yang pernah dijamu Aiolos di istananya adalah Odysseus saat ia kembali dari Perang Troya yang berlangsung selama sepuluh tahun. Kapal yang dinaikinya bersama anak buahnya terombang-ambing di laut hingga akhirnya mendarat di Pulau Aitolia. Poseidon, sang penguasa laut, yang murka telah menjauhkan mereka dari tujuan karena Odysseus membuat putranya, yaitu Polyphemos si raksasa bermata satu menjadi buta.

Aiolos menyambut kedatangan sang pahlawan dan memerintahkan keenam putranya untuk memperbaiki kapal Odysseus yang rusak. Selama berada di istana, Odysseus dan anak buahnya dijamu bagai tamu agung, mereka makan, minum dan bersenang-senang sepuasnya.
Begitu kapal telah selesai diperbaiki dan saatnya untuk berlayar kembali, Aiolos diam-diam mengadakan upacara untuk keselamatan Odysseus. Ia menyembelih seekor lembu jantan yang besar dan dari kulitnya ia membuat sebuah kantong. Kemudian sang penguasa angin memasukkan semua angin kecuali Zephyros ke dalam kantong dan mengikat erat-erat kantong dengan tali perak agar tidak terbuka.
Ia berpesan kepada Odysseus agar jangan sekali-kali membuka kantong kalau mereka mau sampai di tujuan dengan selamat. Diperkirakan dalam waktu sepuluh hari kapal akan sampai di Ithaka, kampung halaman Odysseus.
Setelah berterimakasih atas semua pemberian dan jamuan yang diberikan Aiolos, Odysseus menaiki kapal dan dengan hati riang berlayar menuju Ithaka. Terbayang kembali wajah orang tuanya, istrinya yang setia menunggu serta anaknya, Telemakhos, yang saat ia tinggalkan baru berusia beberapa bulan. Angin barat, Zephyros, meniup layar kapal dengan lembut, mengiringi kepergian mereka menuju Ithaka.
Kapal berlayar tanpa gangguan selama sembilan hari dan sembilan malam. Dan pada hari kesepuluh, awak kapal telah bisa melihat cerobong-cerobong yang mengepulkan asap dari rumah-rumah di Ithaka yang telah begitu lama mereka tinggalkan.
Odysseus kembali mengingatkan anak buahnya untuk tidak membuka kantong pemberian Aiolos tetapi anak buahnya dihantui rasa penasaran dan curiga pada isi kantong tersebut. Sang pahlawan yang tidak bisa tidur semenjak meninggalkan pulau Aiolos karena tidak sabar ingin cepat sampai di Ithaka, mulai merasa lelah dan mengantuk. Ia tanpa sengaja tertidur dan kantong pemberian Aiolos tergeletak begitu saja di sampingnya.
Awak kapal yang melihat Odysseus tertidur mulai membicarakan isi kantong tersebut.  Mereka mencurigai isinya emas dan perak sehingga Odysseus tidak mau membuka dan membaginya dengan orang lain. Kelelahan dalam perjalanan pulang yang panjang ini membuat mereka berpikir pendek dan cepat curiga. 
Dan mereka pun membuka kantong.
Baru saja tali pengikat dikendurkan dan kantong terbuka separuh, mendadak angin-angin berebutan keluar dari kantong, di atas kepala mereka topan badai menderu-deru. Merenggut benda apa saja yang berada di bawahnya. Odysseus yang mendengar suara hiruk pikuk segera terbangun tetapi semuanya sudah terlambat. Anak buahnya lari tercerai-berai, sebagian lagi terbawa angin dan dilemparkan ke dasar laut. Angin-angin itu merobek-robek layar kapal, merontokkan tiang-tiang penyangga layar dan memutar-mutarkan kapal membawa mereka kembali menjauh dari pantai Ithaka yang sudah sedemikian dekat…
Saat ini bila angin ribut tiba-tiba datang bertiup, orang-orang Yunani akan berkata “kantong Aiolos telah dibuka.”


Related Article:

0 komentar:

Posting Komentar


 

Footer Widget #1

Copyright 2010 Aerodeo Messias. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Blogger Template