Meninggal : 30 Juni 1949 di Jakarta
Pendidikan :
Sekolah Dasar Belanda (Europeesche Lagere School) di Tondano
Sekolah Menengah (Hoofdenschool) di Tondano
Sekolah Teknik (K.W.S.) bagian mesin di Jakarta (1904 – 1908)
Sam (kanan) dan saudara sepupu pada umur 20 tahun
Mencapai Ijazah Guru dan Ijazah “Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek di Amsterdam (1908 – 1913)Universiteit Amsterdam (1913 – 1915)
Universiteit Zurich di Swiss (1915 – 1919)
Mencapai Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.)untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Universitas Zurich (1919)
Organisasi Politik :
Ketua “Indische Vereeniging” di Amsterdam (1914 – 1915) organisasi ini adalah organisasi mahasiswa – mahasiswa di negeri Belanda kemudian menjadi “Perhimpunan Indonesia” dengan azas tujuan Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Ketua “Association d’Etudiants Asiatique” di Zurich (1915 – 1916) dalam organisasi ini tergabung mahasiswa – mahasiswa dari Korea, Jepang, Muangthai, India, Indonesia dan lain – lain negara di Asia
Ketua Partai Politik “Persatuan Minahasa” yang menjadi anggota dari federasi “GAPI” yang bekerja erat dengan partai – partai politik nasional lainnya
Ketua “Vereeniging van Indonesische Academici” (V.I.A)yakni Persatuan para Akademisi Indonesia, yang bertujuan – mempersatukan sarjana – sarjana dan kaum cendekiawan dari negara – negara Asia Tenggara
Sekretaris “Dewan Minahasa” (1924 – 1928)
Anggota “Dewan Rakyat” (Volksraad en College van Gedelegerden) dengan pidato – pidatonya yang mengecam politik kolonial Pemerintah Belanda (1927 – 1937)
Anggota “Nationale Fractie” dari Dewan Rakyat yang menuntut penghapusan dari segala perbedaan politik, ekonomi, dan intelektuil
Anggota redaksi surat kabar mingguan “Peninjauan” (1934)
Anggota pengurus “GAPI” (Gabungan Politik Indonesia) dengan tujuan mempersatukan semua partai – partai politik Indonesia
Menulis buku “Indonesia in de Pacific” (1937) yang mengulas masalah – masalah politik di negara – negara Asia yang berbatasan dengan Samudera Pasifik
Direktur redaktur majalah politik “Nationale Commentaren” (1938 – 1942)
Pendiri / Ketua dari perkumpulan “Sumber Darah Rakyat” (SUDARA) (1944 – 1945)
Pemimpin missi Sulawesi yang berangkat dalam bulan Agustus 1945 ke Jakarta untuk turut menghadiri rapat-rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang sedang berlangsung di Jakarta serta juga untuk menghadiri pengesahan dan pengumuman UUD 1945 dan Pendirian Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
Tanggal 22 Agustus 1945 diangkat menjadi Gubernur Selebes oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno (1945 – 1946)
Mengadakan Petisi kepada PBB yang ditandatangani oleh ratusan pemuka – pemuka rakyat Sulawesi Selatan untuk mempertahankan daerah Sulawesi sebagai bagian mutlak dari negara RI
Dipenjarakan di Makassar dan kemudian di internir di Serui, Yapen, Irian Barat (1946 – 1948)
Membentuk “Partai Kemerdekaan Irian” dari belakang layar yang diketuai oleh Silas Papare (1947)
Menjadi Penasehat Pemerintah RI dan anggota delegasi RI dalam perundingan dengan Pemerintah Belanda (1948 – 1949)
Organisasi Sosial / Ekonomi :
Guru S. T. M. di Yogyakarta (1919 – 1922)
Direktur Maskapai Asuransi “Indonesia” di Bandung (1922 – 1924)
Ketua Penasehat dari perkumpulan buruh “Vereeniging van Onder – Officieren B bij de K. P. M. (VOOB), suatu organisasi calon nakhoda – nakhoda berbangsa Indonesia yang bekerja pada Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM)
Ketua Studiebeurs “Minahasa”
Pengurus “Persatuan Perkumpulan Radio Ketimuran”
Turut mendirikan “Serikat Penanaman Kelapa Indonesia” (1939)
Mendirikan organisasi “Ibunda Irian” di belakang layar
Menghadapi masa pengasingan lagi :
Setelah dibebaskan dari Serui, Dr. Ratu Langie dan kawan-kawannya oleh Belanda diwajibkan langsung ke Jogyakarta. Disana ia menjadi Penasehat Pemerintah RI dan Anggota Delegasi RI dalam perundingan dengan Pemerintah Belanda (1948 – 1949) Namun pada Aksi Militer Belanda ke II (Desember 1948) ia ditangkap lagi oleh Tentara Kolonial di rumah yang didiaminya di Jogya, tepat pada hari Natal 1948. Dan iapun bersama – sama dengan Presiden Soekarno cs diinternir dalam istana Presiden di Yogyakarta. Tak lama kemudian, pada tanggal 12 Januari 1949 ia dipindahkan oleh Pemerintah Belanda ke Jakarta untuk menunggukan pembuangannya lagi ke Bangka untuk bergabung kembali dengan rombongan Presiden Soekarno dipengasingan. Akan tetapi karena gangguan kesehatan ia tetap diizinkan dulu menunggu di ibukota.
Minggu-minggu terakhir hayatnya . . . .
Oleh karena Dr. Sam Ratu Langie mendapat serangan jantung, keberangkatan ke Bangka ditangguhkan. Untuk menunggu sembuhnya penyakit Dr. Sam Ratu Langie diizinkan berdiam bersama keluarganya di Jalan Asam Baru (kini Jalan Sam Ratulangi) No. 10 A. Sepuluh hari setelah dirumahkan maka Dr. Ratu Langie meninggal dunia di rumah tersebut pada tanggal 30 Juni 1949.
Related Article:
0 komentar:
Posting Komentar